Shania Kelly - Teks Resensi From 1.063 ft

 Nama: Shania Kelly

Kelas: XI-R2


IMG-20250116-WA0011

RESENSI BUKU “From 1.063 ft”


  1. Identitas Buku

Judul: From 1.063 ft

Penulis: Reisya Adelia

Penerbit: Rain Books

Tahun terbit: 2022

Tebal halaman: 210 halaman

Ukuran Buku: 13cm x 19cm

Genre: Fiksi

ISBN: 978-623-5266-12-1

Redaksi: Jl. Adikarya, Bakti Karya, 

Sukmajaya Depok, Jawa Barat 16418



  1. Sinopsis Novel “From 1,096 ft” Karya Reisya Adelia

“From 1,096 ft” adalah kisah penuh intrik, aksi, dan romansa, yang mengungkap arti keberanian, persahabatan, dan cinta dalam pencarian kebenaran.

Jeha, seorang wanita muda, pergi ke Paris untuk mencari  ayahnya yang hilang. Di sana, ia bertemu Aziel, seorang mata-mata Prancis, ternyata sahabat masa kecilnya yang  telah lama hilang. Bersama -sama, mereka memecahkan misteri hilangnya ayah Jeha sambil menghadapi bahaya dari Frey, seorang kriminal, dan Max, pengkhianat yang membalas dendam pada Aziel. 

Setelah melalui petualangan penuh intrik dan aksi, Jeha berhasil menemukan ayahnya, dan hubungan mereka berakhir bahagia dengan pernikahan Jeha dan Aziel.

Jeha seorang wanita muda, memutuskan mengambil cuti kuliah selama satu semester untuk pergi ke Paris mencari jejak ayahnya yang menghilang beberapa tahun yang lalu. Di Paris, dia bertemu Aziel, seorang asal Prancis yang bekerja sebagai mata-mata untuk agensi DSGE. Tanpa diduga, Aziel menjadi tetangganya, dan keduanya mulai menjalin hubungan dekat.

Setelah Jeha menceritaka pencariannya, Aziel memutuskan untuk membantunya menemukan ayahnya. Sementara itu, Aziel memiliki misi dari DSGE untuk merebut dokumen kepemilikian tanah dari seorang kriminal bernama Frey, yang dikenal karena pemalsuan dan penipuannya. Dalam perjalanannya, Jeha dan Aziel mendapatkan petunjuk penting dari Vincent, sahabat ayah Jeha, yang membawa mereka semakin dekat pada kebenaran. Namun, misi mereka menjadi berbahaya ketika Aziel diculik oleh anak buah Frey. Jeha dengan berani menyelamatkan Aziel dan keduanya berhasil kabur. Dalam proses itu, terungkap bahwa Aziel adalah Hugo, sahabat masa kecil Jeha yang telah lama hilang. Dengan bantuan Wildan, kakak Jeha , mereka memecahkan misteri gelang-gelang petunjuk yang membawa mereka ke Eze, tempat tinggal ayah Jeha. Di sana, mereka menemukan ayah Jeha, namun harus menghadapi ancaman dari Max, pengkhianat yang ingin membalas dendam pada Aziel. Dalam klimaks yang mendebarkan, Frey justru menembak Max untuk melindungi Aziel, sebelum akhirnya Max di tangkap oleh polisi. Setelah melalui berbagai bahaya dan petualangan, Jeha akhirnya berhasil bersatu kembali dengan ayahnya. Beberapa bulan kemudian, Aziel membuka restoran di Paris dan menikah dengan Jeha, mengakhiri perjalanan mereka dengan kebahagiaan yang manis.


  1. Kelebihan dan Kekurangan Novel “From 1.063 ft ”

Kelebihan:

  • Alur Cerita Menarik: Plotnya memikat dan sulit ditebak, membuat pembaca  penasaran.

  • Pengembangan Karakter yang Baik: karakter yang kompleks menambah kedalaman dan daya tarik novel.

  • Deskripsi  Setting: Latar Paris digambarkan dengan detail sehingga terasa nyata.

  • Tema yang Relevan: Mengangkat tema aksi dan misteri yang menarik bagi pembaca modern.

Kekurangan:

  • Penggunaan Bahasa yang Kurang Jelas: deskripsi dan kalimat sambungannya  terkadang  sulit  dipahami oleh pembaca.


  1. Kesimpulan Novel “From 1.063 ft”

Novel ini perpaduan sempurna antara aksi, romansa , dan misteri, yang menonjolkan arti keberanian, persahabatan, dan cinta dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.


Unsur Intrinsik dan Unsur Ekstrinsik “From 1.063 ft”

  1. Unsur Intrinsik

  1. Tema: Pencarian kebenaran dan misteri keluarga, dengan balutan aksi, romansa, dan pengkhianatan.

  2. Tokoh dan  Penokohan:

  • Jehana Astera (protagonis): Tokoh utama, wanita muda yang gigih, pemberani, perhatian, cerdas, dan pantang menyerah dalam mencari ayahnya.

Pembuktian: 

- Pantang menyerah dalam mencari ayahnya. Halaman 10: “Aku mau ke Paris,  aku mau cari Ayah. Aku mau cari kebenaran dan aku juga mau cari tentang jati diriku”. Juga ada pada halaman 10, 15, 16, 17, 63

- Gigih dan Pemberani. Halaman 42: (“Eh Itu, kan, buku aku!" Matanya membulat terkejut dam tanpa berpikir panjang, dia langsung merebut buku yang Aziel genggam.)---> pada saat itu awal bertemu dengan Aziel.; Halaman 92= “Kulihat dari celah jendela yang terbuka. Mataku membulat, aku melihat Aziel berada di dalam sana dengan keadaan tangan terikat. Tanganku refleks meraba rambut, mencari hair pin yang kugunakan. Aku berdoa dan memohon agar cara bodohku ini berhasil.” 

- Perhatian. Halaman 55: "Tetap terdiam pada posisi, dia tidak mengubah posisi sedikit pun sampai gadis itu kembali datang dengan membawa kotak bertuliskan P3K." Juga ada pada halaman


  • Aziel Kaziero (protagonis): Mata-mata yang tegas, misterius dan peduli terhadap Jeha.

Pembuktian: 

- Halaman 48: Kemarin, Aziel meminta John, sahabatnya, untuk datang menemui. John adalah rekan kerja serta sahabat Aziel, mereka berdua sama-sama bekerja di DGSE. Hanya saja, kemarin mereka berdua sedang sama-sama melaksanakan misi. Jadi, sedikit sulit untuk bertemu dalam kondisi seperti itu.
- Halaman 55: Tanpa menunggu persetujuanku (Jeha), dia (Aziel) berbalik badan. Berjalan menuju dapur segara, entah apa yang Aziel ingin lakukan. Tapi, yang jelas sepertinya dia ingin memasak sesuatu. Dengan menggunakan apron berwarna coklat gelap, Aziel siap memulai kegiatan memasaknya.

- Halaman 61-63: Aziel menunjukkan kepeduliannya pada Jeha dengan menenangkannya saat ia takut ketinggian dan menawarkan diri untuk mendengar ceritanya. Ia juga mendukung Jeha dalam mencari ayahnya yang telah meninggalkannya di Paris, bahkan bersedia membantunya.


  • Frey (antagonis): Antagonis licik dan juga penjahat yang menjadi bagian dari misi Aziel serta membantu Aziel menjalankan misinya.

Pembuktian:

- Halaman 31: Selama ini hanya memegang dokumen-dokumen palsu dan menyimpan asli pada tempat yang tidak terduga ataupun pada orang kepercayaannya. Frey akan melakukan penipuan terhadap masyarakat Prancis menggunakan dokumen-dokumen yang dipalsukan, Dan setelah dia berhasil menipu seseorang dengan dokumen tersebut. Dia akan menghilang.

-  Juga ada pada halaman 27-33, Frey dengan cerdik menciptakan ruangan rahasia tanpa sepengetahuan siapa pun, menyimpan dokumen-dokumen palsu yang ia gunakan untuk menipu. Saat Aziel mulai mengungkap kejahatannya, Frey tidak gentar, ia justru menyambutnya dengan senyuman meremehkan, seolah yakin dirinya tak tersentuh. Namun, di balik ketenangan itu, ia menyusun strategi, mencoba menggertak dan menekan Aziel agar mundur. Ketika rencananya terancam, Frey meledak dalam amarah, berteriak dan mengutuk, menyadari bahwa dirinya telah kecolongan. Ia terlalu percaya diri, hingga tanpa sadar membiarkan Aziel menemukan titik lemahnya. Bahkan dalam kekalahan, ia tetap berusaha menanam ketakutan, meyakinkan bahwa dokumen yang dicari tidak akan pernah ditemukan.


  • Max (antagonis): Pengkhianat dendam terhadap Aziel.

Pembuktian: 

- Halaman 141: Menaiki beberapa anak tangga santai, dia mengamati bingkai- bingkai foto yang terpajang di meja kayu tepat di depan ruang kerja pria itu. Max tersenyum tipis melihat foto-foto tersebut, ternyata dia masih menyimpan foto bersama sahabatnya, padahal jelas-jelas dia sudah rela membocorkan kasus penembakan kala itu demi mendapatkan semua hal ini. Memang manusia tidak pernah puas dengan apa yang dia dapat. Terlebih jika itu harta.

- Hal aman 159: "Tentu tidak. Jadi, pada akhirnya kau benar-benar seorang pengkhianat. Max kau salah paham, semua rasa balas dendam itu tidak ada artinya karena saya tidak membunuh orangtuamu. Sadar Max, kau hanya akan merugikan orang lain jika kau terus bersikap seperti ini.


  • Ayah Jeha (protagonis): Hilang tanpa jejak, tetapi menjadi motivasi utama dalam pencarian Jeha.

Pembuktian:

- Halaman 15-16: "Karena Paris adalah satu-satunya tempat di mana Ayah selalu ingin tinggal, selalu merasa tenang, dan juga Paris adalah kota tempat Bunda dan Ayah ketemu. Aku selalu merasa yakin kalau Ayah masih ada di suatu tempat di Paris, Kak." Aku menatap mata Kak Wildan dengan harapan yang besar, lalu aku mencoba mengeluarkan sebuah note book yang aku beri judul 'From 1063 Ft. Di dalam sini, aku menulis begitu banyak kemungkinan yang terjadi pada Ayah yang aku coba cari tahu dari teman-teman terdekat Ayah yang ada di Indonesia. Walaupun tidak banyak yang aku dapati, tapi aku mendapatkan satu petunjuk yang buat aku merasa lebih yakin jika Ayah benar-benar masih berada di Paris. Entah, untuk alasan apa Ayah meninggalkanku saat itu. Yang terpenting sekarang, aku hanya ingin bertemu Ayah terlebih dahulu.

- Halaman 156: Aziel mulai mengetuk pintu kayu itu sebanyak tiga kali. Kugenggam tangan sendiri, tidak sabar untuk melihat Ayah kembali setelah sekian lama. Apa wajahnya masih terlihat sama seperti dulu? Mungkin tidak, tentu Ayah akan menua. Tidak ada jawaban sampai Aziel ingin mengetuk kedua kalinya, pintu tersebut tiba-tiba saja terbuka lebar.


  • Vincent (protagonis): Sahabat ayah Jeha yang misterius, bijaksana, dan membantu memberi petunjuk penting untuk pencarian.

Pembuktian:

- Halaman 117: "Jeha, dulu sekali saya adalah tukang kebun ayahmu. Kami berteman dengan sangat baik, tapi saya telah melakukan satu kesalahan yang fatal. Saat itu saya bingung, saya capek harus hidup serba kekurangan.  Jika hanya mengandalkan gaji menjadi tukang kebun, anak saya akan putus sekolah dan dia akan menanggung malu karena hal itu. Saya tidak punya pilihan lain.”


  • Wildan (protagonis): Kakak Jeha, seorang penyayang, suportif, dan berani memecahkan misteri gelang-gelang petunjuk demi pencarian Jeha.

Pembuktian:

- Halaman 148 dan 149: Wildan pergi dari hadapan Vanya. Langkah kakinya perlahan bergerak cepat mengikuti pergerakan suara detik jam. Pria itu akan pergi dengan menggunakan pesawat yang sama. Tanpa Jeha ketahui, diam-diam Wildan juga memesan tiket pesawat. Dia akan ikut Jeha pergi ke Paris. Namun, dia tidak akan mengganggu gadis itu. Dia tahu, jeha dapat memecahkan semua teka- teki ini nantinya. Tujuan dia pergi hanyalah memastikan, apakah dugaannya salama ini benar atau tidak. Wildan yakin, ada seseorang yang menyembunyikan kebenaran. Dia tahu itu, jauh sebelum Jeha bersikeras untuk pergi ke Paris. Karena nyatanya dia sudah lebih dulu menemukan buku misterius tersebut dan menyobek halaman terakhir sebagai pegangan untuk ke depannya. Wildan ingin menemukan gelang-gelang itu sebelum Jeha, bagaimanapun caranya.


  • John Kristian (protagonis): Rekan kerja Aziel, sebagai mata-mata dengan kerja sama Aziel, dan juga sahabat Aziel. Sifat beliau sangat gigih dalam misinya, lucu saat Aziel ada di sekitarnya, misterius, dan pendiam.

Pembuktian:

- Halaman 51: “Wah, gila. Kau nggak dikejar-kejar anak buahnya Frey?”; ("Siapa!?" John bingung dan bertanya-tanya dalam waktu yang bersamaan. Siapa yang berani mengkhianati sahabatnya itu?)

- Halaman 48: Kemarin, Aziel meminta John, sahabatnya, untuk datang menemui. John adalah rekan kerja serta sahabat Aziel, mereka berdua sama-sama bekerja di DGSE. Hanya saja, kemarin mereka berdua sedang sama-sama melaksanakan misi. Jadi, sedikit sulit untuk bertemu dalam kondisi seperti itu.


  • Atlas (protagonis): Pendiam, sebagai pedamping hacker Aziel, dianggap adik laki-laki bagi Aziel, dan sifat beliau dingin, cerdas, dan selalu khawatir tetapi dengan berpikirnya dalam hati.

Pembuktian:

- Halaman 30: Atlas adalah seorang hacker andal, yang dia angkat sebagai adik saat usianya menginjak sepuluh tahun. Saat itu Atlas hanya lah seorang anak laki- laki biasa yang tinggal di panti asuhan bersama puluhan anak lainnya. Namun, entah mengapa saat Aziel melihat Atlas untuk pertama kalinya, Aziel merasa jika Atlas memiliki potensi yang sangat bagus dalam hal perkomputeran. Atlas juga berbeda dari anak-anak lainnya yang kebanyakan bermain sepak bola, basket ataupun kejar-kejaran/Atlas justru lebih sering menghabiskan waktunya di ruang komputer yang memang terdapat di panti asuhan. Dia juga jarang berbicara, Atlas tergolong anak yang cuek dan hanya akan berbicara jika hal itu dia anggap penting.


  • Vanya (protagonis): Sepupu kesayangan Jeha, seorang penyayang, pendukung, dan perhatian pada Jeha.

Pembuktian:
- Halaman 8: Jika kalian ingin tahu siapa Vanya itu, dia sahabatku dari kecil. Kami selalu berada di satu sekolah, satu les, satu tempat bermain yang sama sehingga tidak sedikit yang mengatakan jika kami terlihat seperti anak kembar, karena kami selalu pergi ke mana-mana bersama. Sejujurnya kita tidak semirip itu, maksudku Vanya jauh lebih cuek dibanding aku yang bisa dibilang banyak bicara.

- Halaman 23 (“Pokoknya inih, ya , Je, kalau di sana ada seorang jahat, lo teriak yang kencang. Terus kalau misalnya ada yang sekiranya berniat buruk, lo telepon polisi. Dan kalau lo merasa dalam bahaya, lo telepon polisi juga! Ya, pokoknya, jangan dihadipi sendiri! Minta bantuan kalau dirasa perlu, oke?” pesan Vanya panjang kali lebar.)


  1. Alur

  • Alur campuran (maju-mundur): menceritakan petualangan Jeha dan Aziel mencari  ayah Jeha, di selingi konflik masa lalu Aziel.

Pembuktian halaman: 130,  136, 148, 154, 159, 162


  1. Latar

  • Tempat: Paris 

  1. Menara Eiffel= Halaman 37 (Sejujurnya aku tidak ingin memaksakan diri sendiri, tapi aku sudah ada di sini, di depan Menara Eiffel.), juga ada pada halaman 40;

  2. Apartemen Jeha dan apartemen Aziel= Halaman 34 (Sejujurnya, apartemen ini aku temui di aplikasi penyewaan tempat tinggal.), juga  ada  pada halaman 40, 56, dan 114;

  3. Indonesia (kampus dan toko bunga)= Halaman 9 (Beberapa orang berjalan ke sana kemari melihat bunga-bunga yang diletakkan rapi di atas pot. Setelah pulang dari kampus dua jam yang lalu, aku memang memutuskan untuk pergi ke toko bunga dan membantu Mama, merakit buket bunga yang sudah dipesan beberapa hari lalu.);

  4. Gedung agensi/markas DSGE= Halaman 53 (Atlas terdiam beberapa saat, mencari tahu jawaban yang mungkin dapat menjawab pertanyaan Aziel, dia tampak fokus pada layar laptop miliknya. "Menurut CCTV, Frey datang ke markas DGSE pagi ini."), juga ada pada halaman 86, 106, dan  111;

  5. Desa Eze (tempat tinggal ayah Jeha) = Halaman 153 (Aziel mengangguk yakin, coba kembali kalian ingat tentang semua petunjuk yang ada. Semuanya tertuju pada tempat tersebut. “Benar, isi pesannya eze. Lebih tepatnya Èze, kalau kamu ingat kembali soal alamat yang Vincent berikan di kafe waktu itu. Maka benar Èze adalah jawaban yang paling sempurna, sebuah desa di bagian tenggara Prancis."), dan juga ada pada halaman 155;

  6. Toko buku= Halaman 65 ("Jadi, ke toko buku, nggak?", ada juga  pada halaman 66, dan 67;

  7. Butik= Halaman 73 (Aroma khas pakaian baru tercium begitu saja setelah langkah pertama memasuki butik.), dan juga  pada halaman 74, dan 75;

  8. Aula= Halaman 81 (Pada akhirnya Aziel memutuskan untuk mengikuti langkahku di ramainya aula saat ini.), dan juga  pada halaman 84;

  9. Perpustakaan= Halaman 83 (Sebuah perpustakaan yang sangat indah berada tepat di hadapanku.);

  10. Sungai Seine= Halaman 94 (Mataku tidak berhenti menatap ke arah Sungai Seine yang berada tepat di hadapanku.);

  11. Café de Flore= Halaman 115 ("Café de Flore, ada Vincent di sini." Aziel memelankan nada bicaranya.);

  12. Restoran= Halaman 166 (Satu kalimat penutup kunjungan Aziel hari ini telah diucapkan. Sekarang, dia harus segera pulang ke apartemen untuk menghadiri acara opening restoran pertamanya atau Jeha akan marah jika saja dia terlambat datang.), dan juga  pada halaman 167, dan 174; 

  13. Gedung tua= Halaman 31 (Memasuki sebuah gerbang tua lama, Aziel berhenti pada sebuah halaman luas yang berada tepat di belakang pabrik minyak).


  • Waktu: 

  1. Masa kini= Halaman 146 (“Kita harus fokus pada masa kini,” kata Jeha dengan suara tegas. “Aku tidak peduli lagi dengan masa lalu—yang penting sekarang adalah menemukan ayahku.”)

  2. Dengan kilas balik masa lalu= Halaman 130 (Dengan kilas balik masa lalu, Hugo tengah sibuk mengerjakan tugas sekolahnya.)

  3. Menjelang sore= Halaman 118 (Menjelang sore di kafe, Aziel menyandarkan diri di dinding batu tua, menunggu Jeha yang masih sibuk berbicara dengan Vincent. “Kita tidak punya banyak waktu,” gumamnya pelan.) Juga ada pada halaman 53, 139, 178.

  4.  Esok paginya= Halaman 153 (“Baik, besok pagi kita berangkat bareng-bareng,” ucap Kak Wildan final sekaligus penutup pembicaraan.) Juga ada pada halaman 8, 27, 31, 70, 119, 140.

  5. Hari ini= Halaman 180 (“Bonjour, hari ini bunga mawar merah saja”, pinta Jeha dengan hangat.) Juga ada pada halaman 191, 195-196.

  6. Malam-malam= Halaman 74 (Malam-malam, Jeha duduk di balkon apartemennya, menatap gemerlap lampu kota Paris sambil merenungkan perjalanan panjang yang telah ia lalui.)

  7. Sore-nya= Halaman 58 (Sorenya telah tiba. Pria itu belum menyelesaikan masakannya.) Juga ada pada halaman 22, 48, 39, 65, 98.

  8. Siang hari= Halaman 155 (Siang ini, kami bertiga sampai di Èze. Tempat Ayah berada sekarang, sejujurnya aku tidak tahu mengapa Ayah berada di tempat ini.) Juga ada pada halaman 7, 35, 40, 82, 91, 126, 

  9. Pagi ini= Halaman 53 (Atlas terdiam beberapa saat, mencari tahu jawaban yang mungkin dapat menjawab pertanyaan Aziel, dia tampak fokus pada layar laptop miliknya. "Menurut CCTV, Frey datang ke markas DGSE pagi ini.") Juga ada pada halaman 13, 28, 54, 76, 156, 187.

  10. Saat ini= Halaman 81 (Pada akhirnya Aziel memutuskan untuk mengikuti langkahku di ramainya aula saat ini.) Juga ada pada halaman 26, 44, 78, 156.

  11. Sekarang= Halaman 166 (Sekarang, dia harus segera pulang ke apartemen untuk menghadiri acara opening restoran pertamanya atau Jeha akan marah jika saja dia terlambat datang.) Juga ada pada halaman 23, 37-39, 51, 72, 94, 121, 146, 191.

  12. Beberapa menit kemudian= Halaman 59 (Beberapa menit kemudian, aku melihatnya berjalan ke arah meja makan dengan membawa dua piring di tangan.) Juga ada pada halaman 45, 61, 83, 114.


  • Latar Suasana 

Pembuktian:

  1. Tegang= 84-85, 91-93, 107, 110-111, 127, 159-161. 

  2. keheningan=82, 144, 189, 191,

  3. canggung=56, 125, 

  4. gugup= 75, 77-79, 116, 188, 191-193, 

  5. sedih= 189, 

  6. penuh misteri= 117, 

  7. terdiam= 89, 170, 174, 

  8. tenang/santai= 94, 

  9. kemarahan= 127-129, 159-161, 

  10. namun juga mengandung romansa=81, 95, 124-127, 144-146, 171, dan 188-197. 



  1. Sudut  Pandang

  • Orang ketiga (serba tahu)= halaman 26-33, 40-44, 48-55, 64-66, 71-76, 86-90, 172-178, 98-121, 130-150, 154-155, dan 164-197.

Pembuktian:

(Halaman 64) Tepuk tangan yang meriah terdengar begitu melodi terakhir dimainkan, tanpa sesadar Aziel juga ikut memberi apresiasi setelah melihat Jeha sangat menyukai pertunjukan.

  • Orang  pertama  (kata “Aku”) dari  Jeha= halaman 5-25, 34-39, 44-47, 56-63, 66-70, 77-85, 91-97, 122-129, 151-153, dan 155-163. 

Pembuktian:

(Halaman 91) Aku berdiri tepat di belakang mobil tua yang berada di tempat ini, kalian tahu saat Aziel memintaku untuk pergi tadi, Jelas, aku tidak pergi begitu saja meninggalkan laki-laki itu di sana.


  1. Amanat: 

  • Keberanian dan kerja sama penting dalam menghadapi tantangan.

  • Kesetiaan dan cinta dapat mengatasi pengkhianatan.

  • Keberanian, persahabatan, dan cinta dapat mengatasi berbagai rintangan dalam hidup.


  1. Unsur Ekstrinsik Novel “From 1,096 ft”:

  1. Latar Belakang Penulis:

  • Penulis menyampaikan nilai keberanian dan cinta melalui perspektif cerita yang kompleks. Pembuktian:

  1. Keberanian dalam Menghadapi Ketakutan

- Jeha berhasil melampaui trauma fobia ketinggiannya, menunjukkan pertumbuhan karakter dan tekad yang kuat dalam menghadapi ketakutannya. (halaman 62: “Aku pengin banget naik ke atas puncaknya, tapi payah. Sekarang ga takut lagi karena ada teman sepertimu dan menemani aku untuk menghadapi traumaku”).

  1. Keberanian dalam Bertindak

- Jeha melawan anak buah Frey untuk menyelamatkan Aziel, meskipun ia berada dalam situasi berbahaya. Ini menunjukkan tekadnya dalam melindungi orang yang ia pedulikan. ( halaman 92: “Kulihat dari celah jendela yang terbuka. Mataku membulat, aku melihat Aziel berada di dalam sana dengan keadaan tangan terikat. Tanganku refleks meraba rambut, mencari hair pin yang kugunakan. Aku berdoa dan memohon agar cara bodohku ini berhasil.” 

  1. Keberanian dalam Mengorbankan Waktu dan Prioritas

- Aziel tetap mendukung Jeha dalam mencari ayahnya, meskipun ia sibuk dengan misi agensinya. Ini menunjukkan bahwa ia rela mengorbankan waktu dan tugas demi orang yang ia sayangi sehingga ia ingin mengundurkan diri dari DSGE. (halaman 110: Meletakkan surat pengunduran diri di atas meja ketua tim dengan tegas.)

  1. Keberanian dalam Mengungkap Perasaan

- Para tokoh dalam novel tidak hanya menghadapi bahaya fisik, tetapi juga berani mengungkapkan perasaan mereka satu sama lain. Setelah menyadari perasaan mereka, Jeha dan Aziel belajar untuk menghargai, meluangkan waktu bersama, dan saling menghormati. (halaman 125: “Cantik, selalu cantik,” sambung Aziel.)


Melalui cerita ini, penulis menggambarkan bagaimana keberanian dan cinta dapat tumbuh dalam perjalanan hidup yang penuh tantangan, serta bagaimana hubungan antar manusia dibangun melalui perjuangan bersama.


  1. Nilai Sosial:

  • Menggambarkan hubungan manusia yang saling mendukung di tengah konflik dan kepercayaan. Pembuktian:

  1. Kerja Sama dan Solidaritas

- Jeha, Wildan, dan Aziel bekerja sama dalam memecahkan misteri gelang- gelang petunjuk untuk menemukan keberadaan ayah Jeha.

- Kak Wildan membantu Jeha dan Aziel dalam perjalanan mereka dan menemukan gelang terakhir yang menjadi kunci menuju ayah Jeha.

Pada halaman 152 dan 153: “Letakkan semua gelang di atas meja dan investigasi kode-kode ini” perintah Aziel segera.” dan “Baik, besok pagi kita berangkat bareng-bareng,” ucap Kak Wildan final sekaligus penutup pembicaraan.

  1. Perubahan Karakter ke Arah Positif

- Frey, yang awalnya menjadi musuh Aziel, berusaha berubah setelah mengetahui bahwa orang tua mereka dibunuh oleh pembunuh yang sama. Ini menunjukkan bahwa kebencian dapat berubah menjadi pemahaman dan kebaikan. (halaman 89: "Tunggu." Frey menggenggam pistol yang Aziel pegang.

Mereka berdua terdiam beberapa saat. Aziel tahu jika Frey lemah tentang apa pun yang menyangkut Ayah pria itu. "Jadi, Kau mau ikut membantu saya mencari tahu siapa pembunuh orangtua kita?"

  1. Dukungan dan Kesetiaan

- Aziel selalu mendukung Jeha dalam misinya mencari ayahnya, menunjukkan rasa peduli dan komitmen terhadap orang yang ia sayangi. (halaman 63: “Dan jika kamu mengizinkan, saya bantu kamu buat cari ayah kamu”, sambung Aziel kemudian.)

- Atlas berperan sebagai pendamping Jeha, memberikan bantuan dan bantuan dalam perjalanan mereka. (halaman 143:“Atlas akan menemani Jeha dalam perjalanan ini—anggap saja sebagai pendamping sekaligus cadangan kalau butuh keahlian hacking,” kata Aziel.)

- John Kristian selalu menjadi backup bagi Aziel, membuktikan arti persahabatan sejati dan kepercayaan satu sama lain dalam situasi berbahaya. (halaman 49: Sempat terpikirkan di benak Aziel jika John memiliki kepribadian yang sulit untuk diajak berteman karena mereka berdua terlihat memiliki sifat yang hampir sama. Padahal ternyata, ada beberapa hal yang bertolak belakang dari keduanya.)


Keseluruhan nilai sosial dalam novel ini menggambarkan pentingnya kerja sama, kepedulian, dan dukungan dalam menghadapi tantangan hidup.


  1.  Nilai Budaya:

  • Latar Paris memberikan elemen internasional dalam cerita, menonjolkan keberagaman budaya. Pembuktian:

  1. Sungai Seine (halaman 94): Mataku tidak berhenti menatap ke arah Sungai Seine yang berada tepat di hadapanku.

Fakta:

Sungai Seine adalah sungai sepanjang 777 kilometer (483 mil) di Prancis utara.

  1. Menara Eiffel pada halaman 37 dan 40, (halaman 40): Menghembuskan napas kasar, dia berjalan perlahan menuju kamar setelah kepulangannya dari Menara Eiffel.

Fakta: 

Menara Eiffel adalah menara kisi-kisi besi tempa di Champ de Mars di Paris, Prancis. Menara ini dinamai menurut nama insinyur Gustave Eiffel, yang perusahaannya merancang dan membangun menara tersebut dari tahun 1887 hingga 1889.

  1. Desa Èze pada halaman 153 dan 155, (halaman 155): Siang ini, kami bertiga sampai di Èze. Tempat Ayah berada sekarang, sejujurnya aku tidak tahu mengapa Ayah berada di tempat ini.

Fakta: Èze adalah sebuah komune tepi laut di departemen Alpes-Maritimes di wilayah Provence-Alpes-Côte d'Azur di Prancis Tenggara. Kota ini terletak di French Riviera, 8,5 km di timur laut Nice dan 4,5 km di barat Monaco. Pada tahun 2018, Èze memiliki 2.225 penduduk yang dikenal sebagai Ezasques.

  1. Café de Flore, pada halaman 115: “Café de Flore, ada Vincent di sini.” Aziel memelankan nada bicaranya.

Fakta:

Café de Flore, sebuah kafe Paris yang bersejarah dan ikonik yang terletak di distrik Saint-Germain-des-Prés, terkenal dengan gaya Art Deco-nya, klien-klien terkenal (termasuk penulis, seniman, dan filsuf), dan perannya sebagai tempat pertemuan bagi kalangan intelektual dan artistik.


Comments

Sedang Populer